Penyakit hepatitis B adalah infeksi hati menular yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Bagi sebagian orang, penyakit ini bisa menjadi kronis dan bisa berlangsung selama lebih dari enam bulan. Total orang dengan hepatitis B di Indonesia terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Jika tidak ditangani dengan baik, infeksi ini dapat meningkatkan risiko untuk terkena gagal hati, kanker hati atau sirosis hati (kondisi kerusakan hati permanen).
Apa penyebab penyakit hepatitis B?
Hepatitis B adalah salah satu penyakit yang sangat mudah menular. Virus hepatitis B (HBV) ditularkan dari satu orang ke orang lainnya melalui darah, air mani, atau cairan tubuh lainnya yang terkontaminasi virus. Orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah berisiko tinggi terinfeksi penyakit ini.
Ada beberapa cara penularan HBV yang umum, di antaranya:
Perbedaan penyakit hepatitis B akut dan kronis
Infeksi HBV bisa bersifat akut (jangka pendek) atau kronis (jangka panjang). Lantas, apa yang membedakan keduanya?
Infeksi HBV akut biasanya berlangsung kurang dari enam bulan. Tubuh Anda masih mampu untuk benar-benar sembuh sepenuhnya dari hepatitis B akut dalam beberapa bulan. Kebanyakan orang yang tertular hepatitis B sewaktu dewasa mengalami infeksi akut, tetapi ini bisa berlanjut menjadi infeksi kronis.
Sementara infeksi HBV kronis berlangsung selama enam bulan atau lebih. Infeksi bisa bertahan lama jika sistem kekebalan tubuh anda gagal bekerja melawan infeksi. Infeksi HBV kronis berisiko tinggi menyebabkan penyakit serius, seperti sirosis dan kanker hati.
Semakin muda usia Anda saat terinfeksi HBV, semakin tinggi pula risiko infeksi Anda berkembang jadi kronis, terutama untuk bayi baru lahir atau anak-anak balita. Gejala hepatitis B kronis bisa tidak terdeteksi selama beberapa tahun sampai orang tersebut benar-benar jatuh sakit akibat penyakit hati.
Siapa saja yang berisiko tinggi terinfeksi penyakit hepatitis B?
Semua orang bisa terinfeksi penyakit ini. Namun ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko anda terkena infeksi HBV, di antaranya:
Apa saja tanda dan gejala hepatitis B?
HBV dapat bertahan hidup setidaknya 7 hari di luar tubuh manusia, tapi pada saat itu virus tetap bisa menginfeksi dan masuk ke dalam tubuh yang belum terlindungi dengan vaksin.
Berikut ini beberapa gejala hepatitis B yang harus Anda waspadai meliputi:
Dalam banyak kasus, gejala hepatitis B tidak langsung disadari oleh penderita. Pasalnya, beberapa orang tidak memunculkan gejala hepatitis B yang berarti. Gejala hepatitis B juga biasanya muncul sekitar satu sampai empat bulan setelah terinfeksi.
Selain itu, tanda dan gejala hepatitis B bervariasi antara satu orang dan yang lain, bisa ringan mirip gejala flu biasa hingga berat. Nah, karena minimnya kesadaran gejala hepatitis B, maka tingkat penularan penyakit ini pun semakin tinggi.
Jika anda menyadari telah terpapar virus hepatitis, segera hubungi dokter. Risiko infeksi berkembang parah bisa menurun drastis jika menerima pengobatan atau pencegahan dalam 24 jam sejak terpapar virus.
Apa saja komplikasi penyakit hepatitis B yang mungkin terjadi?
Ada beberapa komplikasi serius yang disebabkan oleh infeksi HBV kronis. Misalnya:
Bagaimana dokter mendiagnosis penyakit hepatitis B?
Dokter biasanya menyarankan tes darah untuk mendeteksi keberadaan virus hepatitis dalam tubuh, dan apakah penyakit tersebut akut atau kronis. Dokter juga mungkin ingin mengambil sampel jaringan hati untuk diperiksa (biopsi) untuk menentukan apakah Anda mengalami kerusakan hati.
Beberapa orang dianjurkan untuk menjalani tes infeksi HBV karena virus tersebut bisa merusak hati sebelum menimbulkan tanda-tanda dan gejala. Kelompok orang yang perlu skrining HBV termasuk mereka yang:
Apa saja obat hepatitis B yang tersedia?
Obat hepatitis B yang diberikan oleh spesialis hepatologi (dokter spesialis hati) pada orang dengan HBV sebenarnya hanya untuk menekan pertumbuhan virus di dalam tubuh. Oleh karena itu, orang yang terinfeksi HBV harus melakukan pengobatan seumur hidupnya.
Jika anda didiagnosis dengan virus HBV, segera hubungi dokter. Menerima suntikan imunoglobulin hepatitis B dalam 12 jam sejak terinfeksi virus bisa membantu melindungi dari infeksi. Terutama jika anda belum pernah vaksin hepatitis B atau tidak yakin apakah pernah vaksin hepatitis B.
Untuk obat yang diberikan, tergantung pada jenis hepatitis yang dialami pasien. Berikut ini beberapa pilihan obat hepatitis B.
Obat hepatitis B akut
Penanganan akan lebih difokuskan untuk mengurangi gejala-gejala yang Anda alami. Infeksi hepatitis B akut masih memiliki kemungkinan untuk sembuh sendiri sehingga tidak membutuhkan obat khusus. Namun terdapat pula kemungkinan untuk infeksi ini berkembang menjadi infeksi kronis.
Untuk infeksi HBV akut, dokter mungkin akan menganjurkan untuk:
Jika kondisi sudah dirasa membaik, bukan berarti sudah terbebas dari penyakit infeksi HBV. Tetap dianjurkan untuk rutin menjalani pemeriksaan kesehatan guna memantau infeksi virus HBV dalam tubuh.
Obat hepatitis B kronis
Jika Anda didiagnosis dengan infeksi HBV kronis, Anda bisa mengonsumsi obat hepatitis B untuk mengurangi risiko penyakit hati dan mencegah penularan infeksi ke orang lain. Berbagai obat hepatitis B kronis meliputi:
Berbagai cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B
Infeksi ini memang mudah menular, tapi bukan berarti tidak dapat dicegah. Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk mencegah penularan penyakit hepatitis B:
Menerima vaksin hepatitis B adalah perlindungan yang terbaik. Jika terpapar virus dari orang lain, hubungi dokter. Setelah itu, dokter akan merekomendasikan obat hepatitis B khusus yang disebut immunoglobulin untuk dipakai rutin dalam 2 minggu.
Vaksin hepatitis B (Recombivax HB, Comvax, dan Engerix-B), yaitu vaksin yang dibuat dari virus yang tidak aktif dan dapat diberikan 3 atau 4 kali dalam waktu 6 bulan.
ketika vaksin hepatitis B diberikan pada orang yang berisiko terkena infeksi ini, maka tubuh akan dirangsang untuk membuat antibodi. Antibodi tersebutlah yang akan ‘melawan’ virus hepatitis jika sewaktu-waktu masuk ke dalam tubuh.
Vaksin hepatitis B dianjurkan bagi:
Jika anda sedang hamil dan berniat untuk vaksin hepatitis B, ada baiknya diskusikan hal ini dengan dokter terlebih dahulu karena takut berdampak pada kesehatan janin yang dikandung.
Penggunaan jarum ataupun peralatan medis yang tidak steril meningkatkan risiko terkena infeksi ini. Hal ini harus diwaspadai terutama oleh tenaga medis yang melakukan kontak langsung dengan pasien hepatitis.
Selain itu, penggunaan jarum sembarangan seperti jarum yang digunakan untuk membuat tato atau jarum yang digunakan bergantian ketika memakai obat-obatan terlarang, dapat menjadi sarana yang paling mungkin dan sering menyebabkan terjadinya hepatitis.
Berbagi dengan orang lain bukanlah hal yang buruk untuk dilakukan, namun anda dan keluarga anda harus mengetahui kapan waktu yang tepat untuk berbagi dan hal apa yang sebaiknya dibagikan. Berbagi barang seperti mainan, buku, atau hal lainnya mungkin tidak bermasalah.
Hindari berbagi sikat gigi, pisau cukur, gunting kuku, dan berbagai barang pribadi lainnya. Darah yang terinfeksi bisa menempel di alat pribadi yang anda gunakan sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit ini pada orang lain.
Dalam banyak kasus, pasien yang mengalami hepatitis tidak menunjukkan gejala dan tanda yang terlihat, sehingga pilihlah mana barang-barang yang bisa dibagi dan mana yang tidak bisa dipakai bersama.
Penting untuk mengetahui riwayat penyakit pasangan anda sebelum melakukan hubungan seksual. Seperti yang sudah disebutkan di atas, penyakit ini dapat ditularkan melalui air mani, darah, dan cairan tubuh.
Itu sebabnya, selalu lakukan hubungan seksual yang aman dengan menggunakan kondom termasuk saat anda dan pasangan melakukan seks oral dan anal. Selain itu, beritahu pasangan bahwa anda menderita HBV dan konsultasikan risiko penularan kepadanya.
Penting untuk diketahui bahwa kondom hanya mengurangi risiko penularan, tidak mengeliminasinya.
Meski terdengar sepele, cara ini nyatanya efektif untuk mencegah penularan penyakit ini. Buatlah kebiasaan di keluarga untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah makan, setelah dari kamar mandi, serta sebelum dan setelah mengolah bahan makanan. Selain itu, menjaga kebersihan tubuh juga penting dilakukan, sehingga risiko terkena hepatitis semakin kecil.
Tinggalkan Balasan